Showing posts with label Diangkat Dari Kisah Nyata. Show all posts
Showing posts with label Diangkat Dari Kisah Nyata. Show all posts

Monday, September 7, 2009

A Mighty Heart


Kembali aku ingin menuliskan sebuah film yang diangkat dari kisah nyata, seperti Alive dulu. Diadaptasi dari Novel berjudul Mariane Pearl’s Memoir yang ditulis oleh Mariane Pearl sendiri dan mengisahkan tentang bagaimana suaminya Daniel Pearl diculik suatu kelompok etnis di Karachi, Pakistan.

Hanya karena dia seorang Yahudi dan dianggap mata-mata Amerika. Film ini menceritakan bagaimana ketabahan Mariane ketika harus menanti kabar suaminya selama lebih dari sepuluh hari, dalam keadaan sedang hamil tua. Film yang mengharukan dan Angelina Jolie berperan sangat bagus disini.

Daniel Pearl atau Danny (diperankan oleh Dan Futterman) adalah seorang jurnalis dari Wall Street Journal yang mengajak istrinya Mariane Pearl (diperankan oleh Angelina Jolie) yang juga seorang jurnalis untuk tinggal beberapa waktu di Karachi, Pakistan. Danny ingin mewawancarai seorang tokoh Islam garis keras bernama Sheikh Gilani yang diduga berada di balik serangan bom di beberapa kota, termasuk di WTC. Danny sudah merancang sebuah pertemuan dengan bantuan beberapa orang di Pakistan.

Tapi ternyata, pertemuan itu adalah jebakan. Sheikh Gilani tidak pernah mengetahui kalau ada seorang jurnalis Amerika yang datang untuk mewawancarainya. Dan dia sendiripun sebenarnya selalu menolak setiap permintaan wawancara.

Akhirnya diketahui kalau pihak yang menjebak Danny adalah Sheikh Omar. Seorang Islam garis keras lainnya yang sudah sering menculik dan menyandera turis-turis asing di Pakistan. Sebelumnya dia pernah menculik 4 orang turis (3 orang Amerika dan 1 orang Inggris) tapi semuanya dibebaskan tanpa terluka sedikitpun. Dan inilah yang agak menenangkan hati Mariane.

Keseluruhan film ini mengisahkan proses pencarian yang dilakukan oleh Mariane dan kawan-kawannya di seluruh Pakistan. Dengan dibantu oleh Javed Habib (diperankan oleh Irrfan Khan), ketua Polisi Rahasia Pakistan. Dan Randall Bennet (diperankan oleh Will Patton), bagian keamanan diplomatic.

Mereka menelusuri kembali alur perjalanan Danny dengan membaca semua email-email yang ada di komputer Danny. Javed bahkan memberikan akses untuk penyelidikan ke semua operator telepon, untuk melacak nomor-nomor telepon yang mungkin terkait dengan penculikan Danny.

Dalam proses inilah ditunjukkan banyaknya ulah pers yang semakin memperkeruh suasana. Salah satunya adalah pernyataan bahwa Danny sebenarnya adalah mata-mata CIA yang menyamar sebagai jurnalis. Sementara Mariane sendiri meyakinkan kalau Danny benar-benar murni mencari berita, bukan untuk memata-matai. Media juga menyoroti keberadaan Asra Nomani (Archie Panjabi), teman Mariane yang seorang India. Media mengatakan kalau keberadaan Asra disana adalah untuk memata-matai Pakistan. Karena India yang identik dengan Hindu memang selalu berseteru dengan Pakistan yang identik dengan Islam. Padahal Asra sendiri sebenarnya adalah seorang muslim juga. Ada juga berita yang mengabarkan kalau Danny sebenarnya sudah tewas dan mereka menemukan mayatnya di kamar mayat. Tapi ketika Randall dan Javed melihat kesana, mayat itu ternyata bukan mayat Danny.

Marianne juga mendapat bantuan dari rekan mereka yang ada di Wall Street Journal bernama Bussey (diperankan oleh Dennis O’Hara). Karena biasanya, penculikan-penculikan seperti ini akan selalu menghubungi media terlebih dahulu untuk memberitahukan penculikan itu dan mengumumkan syarat yang mereka minta untuk membebaskan tawanan. Ditambah lagi kalau Danny adalah salah seorang jurnalis disana.

Benar saja, bahwa penculik Danny memberikan sebuah syarat melalui media. Mereka mengatakan kalau Danny berada dalam tawanan mereka dan sedang disiksa. Hal ini mereka lakukan karena mereka marah melihat Amerika juga melakukan penyiksaan yang tidak manusiawi terhadap tahanan-tahanan yang ada di penjara Guantanamo. Mereka meminta Amerika menutup Guantanamo dan berhenti menyiksa tawanan-tawanan yang ada disana. Kalau tidak, mereka juga akan menyiksa Danny seperti mereka menyiksa tahanan di Guantanamo. Seperti yang kita ketahui, Penjara Guantanamo memang berisi tahanan-tahanan yang berkaitan dengan tindak terorisme. Dan metode penyiksaan yang dijalankan disana sudah menyebar ke publik, meskipun pemerintah tidak mau memberikan pernyataan secara resmi.

Dari informasi yang didapatkan Mariane dari Randall, sepertinya akan sangat sulit untuk memenuhi permintaan penculik itu. Tidak mungkin penjara Guantanamo ditutup hanya untuk menyelamatkan seorang jurnalis saja, itu alasan mereka. Pihak militer Pakistan juga tidak bersedia membantu. Menurut mereka, penculikan itu terjadi atas kelalaian Danny sendiri. Karena dia seharusnya sudah tahu bagaimana berbahayanya kelompok garis keras itu, tapi dia masih tetap memaksa untuk pergi mewawancarainya tanpa pemberitahuan resmi kepada pemerintah Pakistan. Bahkan pemimpin militer itu juga mencurigai kalau Danny adalah mata-mata Amerika di Pakistan. Sehingga dia menolak memerintahkan militer ikut ambil bagian dalam usaha pembebasan Danny. Maka Mariane harus mencari jalan sendiri untuk itu.

Mariane lalu muncul dalam sebuah interview di CNN. Dalam interview ini dia mencoba untuk meminta simpati dan rasa kasihan dari penculik Danny. Dia menggambarkan Danny sebagai seorang yang jujur dan murni jurnalis, bukan mata-mata. Setelah interview itu, banyak pers dari Pakistan, Amerika dan Prancis (Negara asal Mariane) yang mengerubuni rumah Asra tempat mereka tinggal. Tapi tetap masih belum ada kabar dari suaminya.

Akhirnya Javed berhasil menelusuri kediaman Sheikh Omar dan menangkapnya. Tapi beberapa waktu kemudian ada seorang pria yang datang mengatarkan sebuah handycam berisi rekaman keberadaan Danny. Dari sanalah mereka akhirnya mengetahui kalau Danny ternyata sudah tewas dipenggal. Video itu juga menunjukkan, bagaimana dengan kejamnya mereka memotong-motong tubuh Danny menjadi sepuluh bagian.

Mariane menjerit-jerit karena kemarahan dan kesedihan begitu mengetahui kalau suaminya telah meninggal dengan mengenaskan. Ia memang tidak pernah mau melihat langsung video pembunuhan suaminya itu. Tapi dia mengetahuinya dari informasi yang diberikan Randall dan Javed. Akhirnya ia memutuskan kalau sudah tidak ada lagi yang membuatnya harus tinggal di Karachi.

Mariane lalu pulang ke negara asalnya, Prancis. Disana ia melahirkan puteranya bernama Adam dan menetap disana. Ia kemudian menuliskan buku tentang pengalaman pahit yang dirasakannya itu, agar anaknya Adam bisa mengenali ayahnya yang tidak sempat dilihatnya itu di masa depan. (2007)

Friday, July 17, 2009

Alive (Survivor From Andes)

Ini adalah film yang berhasil membuatku tetap nempel di sofa dan rela memundurkan jam memasakku. Akibatnya, waktu untuk bersapa dengan laptop tercinta pun mundur juga. Tapi tidak apalah. Film ini memang bagus dan layak untuk ditonton. Diangkat dari kisah nyata tentang peristiwa kecelakaan pesawat Uruguayan Air Force Flight 571 yang terjatuh di Pegunungan Andes pada tanggal 13 Oktober 1972. Pesawat ini mengangkut tim rugby Uruguay beserta teman-teman dan keluarganya yang merupakan lulusan dari Universitas Stella Maris. Total penumpang adalah 45 orang dan hanya 16 orang diantara mereka yang selamat.


Aku tidak menggunakan nama-nama pemain disini ataupun nama tokoh, karena jalan cerita yang hebat-lah yang menjadi titik perhatian utamaku. Karena bisa dikatakan, tidak ada yang mendapat posisi paling penting disini. Semua orang adalah pemeran utama dalam film yang menunjukkan usaha manusia menaklukkan alam agar bisa menyelamatkan dirinya. Juga menunjukkan bagaimana manusia sendiri sebenarnya hanya secuil debu di alam ini. Bagaimana dalam penderitaan terhebat di alam luas itu, seorang atheis fanatik sekalipun bisa berubah dan mengakui keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Orang-orang yang tidak pernah berdoa berbalik dan berdoa dengan sepenuh hati dan bercucuran air mata, berharap agar mereka bisa selamat dari keganasan alam itu.

Cerita berawal ketika pesawat itu terjatuh, penumpang yang selamat kemudian berusaha menolong penumpang lain yang terluka, meski ada beberapa penumpang yang sudah tewas. Mereka yang terluka kemudian mendapat perawatan seadanya semampu mereka, sementara yang tewas dikeluarkan dari badan pesawat dan dibaringkan di salju tebal di luar.

Ada seorang penumpang selamata yang merupakan mahasiswa kedokteran, yang mengambil tugas untuk membantu pengobatan para korban yang terluka. Sementara yang lainnya membantu mengeluarkan korban-korban lain yang masih terjepit diantara kursi-kursi penumpang. Malam itu mereka bertahan di dalam pesawat karena ada badai salju hebat yang melanda pegunungan Andes. Dan badai salju itu pun menewaskan beberapa orang lagi malam itu.

Seluruh penumpang yang tertinggal kemudian membongkar barang-barang di dalam pesawat untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Mereka menemukan sebungkus biskuit, beberapa batang coklat, dan dua botol anggur. Fernando bertindak sebagai pemimpin, dan memutuskan kalau mereka akan menghemat jatah makanan itu, sampai bantuan datang menyelamatkan mereka. Sehingga mereka hanya makan sepotong kecil coklat dan setengah tutup botol anggur untuk bertahan hidup.

Pada malam hari, mereka tidur di dalam badan pesawat yang sudah hancur. Menutupi jendela-jendelanya yang terbuka dengan kain-kain dan tumpukan tas untuk menahan hembusan angin yang dingin menusuk. Sambil berharap datangnya bala bantuan atau setidaknya melihat pesawat yang akan melintasi daerah itu.

Keesokan harinya, mereka melihat sebuah pesawat kecil terbang melintasi tempat itu. Mereka segera berkerumun keluar dan melambaikan tangan. Pesawat itu berputar-putar beberapa kali, dan Fernando yakin kalau pilot pesawat itu sudah melihat mereka, dan akan kembali untuk membawa bantuan. Mereka begitu bersuka cita. Dan dengan percaya diri mereka menghabiskan stok makanan mereka yang tersisa semuanya pada malam itu. Karena yakin kalau besok akan ada helikopter yang datang menjemput dan menyelamatkan mereka.

Tapi kenyataan berkata lain. Ternyata pesawat itu tidak melihat mereka dan karena itu tidak pernah kembali untuk menyelamatkan mereka. Maka penderitaan mereka pun semakin bertambah karena jatah makanan mereka sudah habis. Akhirnya beberapa orang memutuskan untuk mencari bagian ekor pesawat. Di sana ada aki yang bisa mereka pergunakan untuk menghidupkan kembali radio pesawat dan memanggil bantuan. Masalahnya, mereka tidak yakin dimana letak pasti dari bagian ekor pesawat yang patah itu. Dan mereka sama sekali buta dengan daerah pegunungan dengan salju setinggi perut itu.

Akhirnya diputuskan, bahwa tiga orang akan berangkat untuk mencari lokasi ekor pesawat itu dan membawa aki tersebut ke badan pesawat. Tapi ternyata perjalanan itu sangat berbahaya. Pada siang hari, Pegunungan Andes memang mendapat sinar matahari, sehingga mereka tidak terlalu merasa kedinginan. Tapi di malam hari, tanpa perlindungan yang memadai, manusia akan tewas karena membeku.

Tim yang berangkat ini tidak membawa perlengkapan apapun. Mereka hanya berbekal sweater tipis dan sepatu sneaker. Ditambah lagi perut kelaparan karena sudah dua hari tidak makan. Mereka terduduk membeku kedinginan ketika malam tiba. Untungnya mereka berhasil selamat hingga muncul matahari pagi. Karena itu mereka memutuskan untuk kembali saja, meskipun tanpa hasil.

Kegagalan tim pertama kemudian berusaha diperbaiki kembali. Mereka memutuskan untuk menunggu hingga cuaca benar-benar bersahabat dan tidak ada badai salju. Mereka akan menambah jumlah pakaian agar lebih hangat. Tapi masalah yang masih belum ada penyelesaiannya adalah: bagaimana mengatasi rasa lapar. Karena tanpa makanan, mereka akan menjadi lemah dan tewas karena kedinginan.

Akhirnya, memberikan sebuah usul yang sangat mengejutkan mereka. Bahwa untuk bertahan hidup di cuaca yang ekstrim itu, mereka harus makan banyak daging. Karena daging adalah sumber kalori yang paling besar. Dan karena tidak ada hewan yang bisa diburu di sekitar itu, maka mereka harus memakan mayat-mayat korban yang terbaring di luar.

Pada awalnya, hampir semua menolak usul itu. Tapi perlahan-lahan, dengan memahami situasi yang mereka alami, akhirnya mereka menyadari kalau mereka tidak punya pilihan lain. Yang pertama kali mengiris daging dari mayat itu adalah Fernando dengan menggunakan pecahan kaca jendela pesawat. Adegan itu menunjukkan bagaimana dengan susah payah ia memasukkan potongan daging yang dicungkilnya dari bagian pinggang salah satu mayat itu ke dalam mulutnya. Berusaha mati-matian melawan rasa ingin muntah dan menelannya dengan bantuan segenggam salju yang dimasukkan dengan terburu-buru ke dalam mulutnya.

Setelah itu, barulah kawan-kawannya yang lain menirunya. Suhu yang membeku telah berfungsi sebagai lemari es raksasa. Mayat-mayat itu tidak membusuk tapi membeku seperti disimpan di dalam freezer dan tetap segar. Mereka berhasil bertahan hidup selama 70 hari di pegunungan es itu karena tetap memiliki tenaga dari memakan daging mayat.

Setelah masalah perut teratasi, mereka kemudian kembali mengirimkan regu yang baru untuk mencari ekor pesawat. Mereka memperlengkapi tim yang baru ini dengan pakaian tebal, sepatu bot dan sekantung daging manusia untuk penambah tenaga di perjalanan. Kali ini tim kedua berhasil menemukan letak ekor pesawat sekaligus menemukan aki yang mereka cari-cari. Tapi ternyata aki itu sangat berat sehingga mereka tidak mungkin membawanya turun kembali. Mereka kemudian memutuskan untuk membawa orang yang mengetahui cara memperbaiki radio ke tempat aki itu berada.

Malangnya, ternyata mereka tidak berhasil memperbaiki radio itu. Tapi mereka menemukan sejumlah kain berlapis penahan panas yang bisa dipergunakan sebagai kantung tidur. Mereka kemudian membawa kembali barang-barang yang bisa dipergunakan ke tempat mereka. Seperti baju-baju tambahan untuk penghangat. Sementara itu jumlah mereka semakin berkurang, karena setiap hari selalu ada yang tewas karena tidak tahan dengan suhu udara yang sangat dingin itu.

Akhirnya mereka memutuskan untuk mencari sendiri bantuan, karena kalau tetap diam dan menunggu disana, mereka juga pasti akan tewas. Tim ketiga akhirnya berangkat lagi untuk mendaki. Kali ini dengan tujuan untuk mencari daerah pemukiman penduduk sejauh mereka bisa berjalan kaki. Dari sana mereka akan mencari bantuan untuk menjemput kawan-kawan mereka yang tersisa. Mereka kembali setelah memperlengkapi diri dengan jatah daging, kantung tidur yang bisa menahan panas dan sepatu yang lebih kuat karena dililit dengan tali.

Dari awal memang sudah bisa dipastikan kalau perjalanan ini tidak akan mudah. Mereka hanya berbekal keyakinan kalau Chile berada di arah Barat, tapi tidak tahu akan sejauh apa perjalanannya. Bahkan di tengah perjalanan pun mereka hampir tergelincir ke jurang. Ditunjukkan kalau cukup banyak hari yang terlewati ketika akhirnya mereka menemukan sebuah lembah. Puncak pegunungan es itu akhirnya terlalui juga. Dan mereka kembali dengan membawa bantuan helikopter untuk menjemput teman-temannya yang masih menunggu di pegunungan.

Akhir film yang mengharukan. Ketika semua orang yang sudah putus asa menunggu dalam diam di bangkai pesawat, mereka mendengar suara helikopter yang mendekat, kemudian buru-buru berlari ke luar untuk melihat. Dan terlihatlah ketiga orang teman mereka yang dengan berani telah melintasi dan menaklukkan puncak gunung es itu dengan peralatan seadanya, melambaikan tangan dari atas helikopter. Semua tertawa sambil menangis dan melambaikan tangan.

Kisah ini dituliskan oleh salah seorang korban yang selamat, kemudian diproduksi dalam bentuk film pada tahun 1993. Dan didedikasikan untuk mengenang ke-29 penumpang lain yang telah tewas di Pegunungan Andes itu. Beberapa pemerannya antara lain Ethan Hawke, Vincent Spano dan Josh Hamilton. Beberapa tahun kemudian, para penumpang yang selamat kembali ke lokasi jatuhnya pesawat dan mendirikan salib raksasa dari besi di puncak bukit itu, sebagai monumen untuk sahabat, adik dan sanak-keluarga mereka yang tewas. Salib itu begitu besar sehingga terlihat dari puncak gunung yang lain. Film yang luar biasa...

Human Trafficking


Aku baru saja selesai menonton bagian akhir dari serial pendek Human Trafficking di Hallmark Channel. Aku mengikuti kisah ini mulai dari seri yang pertama.
Kisah yang sungguh mengharukan dan mengerikan, apalagi kalau mengingat bahwa sangat besar kemungkinan kisah yang notabene skenario itu dibuat berdasarkan kisah nyata.

Serial ini mengisahkan tentang perempuan-perempuan muda dari Eropa Barat, yang sangat ingin untuk bisa ke Amerika untuk mengejar impiannya. Tapi mereka ditipu dan deksploitasi sehingga berakhir menjadi budak seks di rumah-rumah bordil milik seorang mucikari di Amerika. Perempuan-perempuan muda ini kebanyakan memimpikan untuk bisa menjadi seorang model. Mereka umumnya sangat cantik namun kurang berpendidikan. Mereka akan berbohong tentang umur yang sebenarnya agar terlihat lebih dewasa. Dan biasanya mereka datang dari latar belakang keluarga yang sangat miskin. Sehingga dengan mudah mereka akan terbuai janji akan kehidupan yang lebih baik di Amerika.

Para mucikari datang ke negara mereka dengan berkedok agen modelling yang ingin mencari bibit-bibit baru. Mereka akan mengadakan audisi seperti halnya pencarian bakat. Mereka akan memilih perempuan-perempuan yang paling cantik dan paling muda dan mengeliminasi perempuan lainnya yang tidak memenuhi syarat. Sehingga mereka yang menang akan merasa sangat bangga. Para perempuan muda ini biasanya belum memiliki paspor, bahkan belum pernah ke luar negeri seumur hidup mereka. Maka, agen palsu ini akan membuatkan mereka semua paspor dan membiayai ongkos pesawat mereka ke Amerika. Dalam proses perekrutan ini, mereka masih dilayani dengan senyum dan ramah.

Situasi akan berubah begitu mereka tiba di Amerika. Mereka akan bertemu dengan perempuan-perempuan lain yang sudah lebih dahulu direkrut. Tidak ada lagi senyum dan sikap ramah. Mereka akan dipukul, dianiaya dan diancam agar tidak berani melawan. Puluhan pria kekal akan dijadikan pengawal mereka. Kemudian dikirim ke berbagai rumah bordil milik si mucikari yang berkewarga-negaraan Amerika itu. Dimana mereka akan berkerja sebagai PSK tanpa bayaran. Karena mucikarinya menganggap bahwa mereka berhutang sangat banyak atas bantuan mereka untuk membuat paspor dan biaya keberangkatan mereka ke Amerika. Jadi mereka harus bekerja sebagai PSK untuk bisa melunasi hutang mereka itu, tanpa ada kepastian waktu sampai kapan mereka akan bisa benar-benar bebas.

Mereka diancam agar tidak buka mulut pada siapa pun. Selalu ada bodyguard yang akan mengawasi setiap tindak tanduk mereka. Dan kalau mereka berani melawan, mereka akan dibunuh. Mucikarinya juga mengancam akan membunuh keluarga mereka di negara asalnya, kalau mereka berani melawan.

Selain dikirim ke rumah-rumah bordil, mereka juga akan dipergunakan sebagai aktris untuk film porno. Biasanya film porno yang senderung sadistis, dimana mereka akan disiksa dan situs itu akan dikunjungi oleh banyak orang. Mereka juga melayani pria-pria kaya yang sering mengadakan private party di rumahnya yang megah. Para pria kaya ini akan mengundang 10-20 orang PSK asal Rusia untuk pesta mereka itu. Seluruh keuntungan akan masuk ke kas si mucikari yang telah menjadi orang kaya raya yang menyembunyikan usahanya dalam bentuk yayasan ataupun tempat hiburan.

Perempuan-perempuan muda ini akan bekerja seumur hidupnya, tanpa dibayar. Kecuali mereka meninggal karena Hepatitis ataupun Aids dan penyakit menular seksual lainnya. Dalam keadaan ini, mereka akan diusir dari rumah bordil karena si mucikari tidak mau membayari biaya pengobatannya dan juga tidak mau nama baik usahanya jadi rusak kalau dia tetap mempekerjakan seorang pelacur yang memiliki penyakit menular.

Siapapun diatara mereka yang berani mencoba melarikan diri atau meminta bantuan dari orang lain, maka akan dibunuh. Umumnya mereka tidak cukup berani untuk melarikan diri. Dan kalau sudah tidak sanggup lagi menahan penderitaan yang dialaminya, mereka akan memilih untuk bunuh diri saja. Dan kasus bunuh diri ini, tidak akan terlalu mendapat perhatian dari polisi. Karena orang yang bunuh diri dianggap sebagai pelacur imigran tanpa surat-surat resmi.

Kisah ini tidak akan mungkin muncul begitu saja, kalau tidak ada kisah nyata yang melatar-belakanginya. Mengerikan sekali membayangkan mereka memperlakukan sesama manusia dengan begitu kejam. Bahkan ada saat-saat dimana para PSK ini akan mendapat pukulan-pukulan dari para bodyguardnya. Hal itu dianggap perlu untuk menanamkan rasa takut bagi mereka sehingga tidak akan pernah berani untuk melawan.

Di akhir kisah dinyatakan, kalau sekitar 800000 orang diperdagangkan secara illegal di seluruh Amerika. Umumnya adalah para perempuan muda dan anak-anak, untuk dijadikan sebagai PSK. Entah sampai kapan kegilaan ini akan berlangsung. Stop Human Trafficking!
Related Posts with Thumbnails

  © Mirror On The Wall by Simply Fabulous Blogger Templates

Back to TOP