Tuesday, January 7, 2014

A Tale of Two Sisters

Di sebuah ruangan yang tampaknya rumah sakit jiwa, ada seorang dokter yang sedang berusaha berkomunikasi dengan seorang pasien yang diantarkan perawat ke ruangan itu. Pasien itu seorang gadis muda yang selalu tertunduk dengan rambut yang menutupi wajahnya, tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia mengangkat wajahnya ketika si dokter menyuruhnya menceritakan apa yang terjadi pada keluarganya.

Adegan lalu beralih ketika sebuah mobil sedang dalam perjalanan ke sebuah rumah di pedesaan. Mobil itu dikendarai oleh seorang supir yang membawa seorang pria berusia setengah baya dan dua orang gadis muda. Mereka akan pindah ke sebuah rumah baru disana. Nama mereka adalah Su Yeon dan Su Mi. Rumah baru mereka ternyata berada di tepi danau yang memiliki dermaga, mereka duduk disana dan menikmati keindahan alam disana, hingga ayahnya memanggil mereka untuk pulang.

Rumah itu cukup tua dan terbuat dari kayu dengan banyak pintu geser dari kaca. Seorang wanita muda tiba-tiba muncul menyapa mereka dan menegur karena mereka tidak masuk menyapanya lebih dulu sebelum bermain di dermaga. Perempuan itu adalah ibu tiri mereka. Su Yeon dan Su Mi tampaknya tidak terlalu menyukai perempuan itu dan meninggalkannya, menuju ke kamar mereka di lantai dua.

Hal pertama yang dilakukan Su Mi di kamarnya adalah memperbaiki waktu jam dindingnya ke 15.30 lalu membongkar tasnya dan mengeluarkan buku-buku miliknya. Ketika dia membuka lemari pakaian yang ada di kamar itu, didalamnya berisi pakaian dengan warna dan motif yang sama persis. Seakan-akan dia tidak diizinkan memakai model, warna ataupun motif yang berbeda. Dia sangat terkejut.

Mereka berempat lalu makan malam di ruang makan sambil berdiam diri. Perempuan muda itu mencoba membuka percakapan, tapi tampaknya tak ada yang tertarik menanggapinya. Suasana benar-benar muram. Dia menegur Su Mi yang dianggap gegabah karena menyiapkan pakaian dalam ayahnya. Su Mi balas menegurnya karena sudah berani mengusik barang-barang di kamar tidurnya. Dia lalu meninggalkan meja makan diikuti oleh Su Yeon. Su Mi meminta agar adiknya memberitahunya kalau perempuan itu mengganggunya, jangan hanya diam saja. Bahkan si ayah pun tidak tidur sekamar dengan istri mudanya malam itu, dia memilih tidur di kursi. 

Malam itu, Su Yeon bermimpi. Ada yang membuka pintu kamar tidurnya. Begitu melihat barisan jari yang membuka pintu, dia membalikkan tubuh dan menutupi wajahnya dengan selimut. Ketakutan. Lalu selimutnya bergerak seperi ditarik dari bawah. Ketika dia membuka mata, ternyata semua itu hanya mimpi dan pintu kamarnya masih tertutup rapat. Karena ketakutan dia berlari ke kamar kakaknya. Su Mi bertanya ada apa, katanya dia mendengar suara-suara dan ada seseorang yang masuk ke kamarnya.

Su Mi memutuskan untuk turun ke lantai dasar dan menyelidiki. Di ruang bawah televisi menyala dengan layar statis, tidak ada yang menontonnya. Dia melihat ayahnya tidur di kursi tamu dan memperbaiki selimutnya. Tiba-tiba ibu tirinya muncul dan memarahinya karena membangunkan ayahnya. Su Mi tidak takut padanya dan melawan setiap perkataannya dan mengatakan kalau ia hanya turun untuk mengambil air minum. Di dalam kulkas dia menemukan bungkusan yang berlepotan darah, dia menjerit ketika membukanya. Isinya adalah burung peliharaan mereka. Ibu tirinya hanya duduk di depan televisi dengan layar statis itu, tidak perduli dengan teriakannya. Saat itulah Su Mi dan Su Yeon menyadari kalau ada yang aneh dengan ibu tiri mereka dan juga rumah itu. Mereka tidur bersama di kamar Su Mi

Su Yeon tidak bisa tidur nyenyak. Dia diganggu mimpi buruk tentang seorang gadis kecil bersimbah darah yang berlari ketakutan dikejar-kejar seorang wanita. Ketika terbangun, dia melihat bayangan seorang perempuan sedang merangkak di balik kursi. Sosok itu tiba-tiba berdiri dan menunjukkan seorang perempuan berambut panjang awut-awutan dengan kepala tertekuk kesamping. Dia tidak berjalan, tapi melayang dan dia sedang menuju ke arah Su Yeon yang terbelalak ketakutan. Lalu sosok itu menghilang begitu saja.

Ketika Su Mi terbangun, dia melihat pakaian dalam Su Yeon berdarah dan mengira adiknya itu sedang menstruasi. Dia lalu mengambil beberapa pembalut dari kamar ibu tirinya dan membereskan sprei yang ternoda darah. Mereka mencuci dan menjemur sprei itu di halaman. Su Mi lalu berjalan-jalan di hutan dekat rumah mereka dan tanpa sengaja menemukan sebuah pondok terlantar beratap melengkung dari kaca. Dia menemukan dua buah tas koper dan membawanya pulang. Di dalam tas itu dia menemukan berbagai perlengkapan wanita yang ternyata milik mendiang ibunya yang sudah meninggal, juga beberapa foto lama milik ayah dan ibunya. Merka juga menemukan berbagai asesoris dan pernak-pernik milik ibu mereka. Saat itu dia melihat bekas genggaman tangan yang membiru di lengan Su Yeon dan menanyakan siapa yang melakukan hal itu padanya. Tapi Su Yeon bungkam.

Su Mi menyadari kalau ibu tirinya lah yang melakukan hal itu dan menantangnya. Mereka berdebat kalau Su Mi harus menerima ya sebagai ibu tiri, suka atau tidak suka, sama seperti dia juga terpaksa harus menerima keberadaan mereka berdua sebagai anak tiri. Su Mi tidak merasa takut, tapi menjadi lebih marah. Dia melempar cangkir teh ibu tirinya itu ketika ibunya akan menuang teh. Lalu berlari ke kamarnya dan menangis. Ayahnya berusaha untuk membujuknya tapi dia tidak mau dibujuk.

Malam itu, paman dan bibi mereka datang untuk makan malam bersama. Ibu tirinya menjamu mereka dengan banyak makanan dan berusaha terlihat ceria, tapi wajah paman dan bibi Su Mi pun terlihat sesuram wajah ayahnya. Hanya ibu tiri yang terus berceloteh ria dan tertawa sendiri dengan candaan yang dibuatnya, sementara yang lain terdiam dan tidak menanggapi. Dia lalu terdiam dengan marah karena tak ada yang menanggapinya. Tiba-tiba, Mi Hee, bibi Su Mi terjatuh ke lantai sambil menjerit-jerit dan meronta-ronta. Dia berkelonjotan di lantai sampai mereka berhasil memasukkan obat ke dalam mulutnya. Si ibu tiri menjerit melihat kejadian itu. Dalam perjalanan pulang, Mi Hee menceritakan pada suaminya kalau dia melihat anak perempuan meringkuk di bawah bak cuci piring dalam keadaan kotor belepotan. Dan mereeka tidak tahu itu siapa.

Kembali ke rumah, si ibu tiri yang kecewa karena acara makan malam itu tidak berjalan sesuai yang direncanakannya, duduk termenung. Dia melihat ke arah laci di bawah bak cuci piring yang terbuka dan memperbaikinya. Secara tidak sengaja dia mengintip ke bawah bak cuci piring. Kosong. Lalu tiba-tiba dia mendengar suara gesekan dari arah meja makan, ketika dilihat, tidak ada apapun disana. Tapi dia melihat sebuah jepit rambut tergeletak di lantai, tadinya jepit rambut itu tidak ada disana. Dia memungutnya, tiba-tiba ada tangan yang terjulur dari bawah bak cuci piring dan menarik tangannya. Dia menjerit lalu melihat sebuah sosok berpakaian hijau berdiri di hadapannya. Suaminya memberinya obat dan mengatakan kalau dia hanya berhalusinasi. Tapi si ibu tiri mengatakan kalau ada banyak keanehan yang terjadi di rumah itu sejak Su Mi dan Su Yeon datang. Suaminya berkata dia akan berkeliling untuk melihat sekitar rumah.

Di teras depan dia melihat sangkar burung kenari kesayangan istri mudanya tergeletak di lantai. Di dalam, buruk kenari itu sudah mati bersimbah darah. Suaminya lalu membawa sangkar itu untuk menyingkirkannya, dia tidak melihat Su Yeon mengintip diantara semak-semak. 

Si ibu tiri yang marah ternyata dikunci di kamarnya tapi dia berhasil keluar dan masuk ke kamar Su Yeon untuk memarahinya. Di bawah selimut Su Yeon ditemukannya bangkai burung kenarinya. Dengan marah dia memukuli Su Yeon sambil menariknya turun dari tempat tidur dan menguncinya di dalam lemari sambil mencampakkan semua barang-barang milik mendiang ibunya ke dalam lemari. Su Yeon yang panik menjerit-jerit sambil memukuli lemari, ibu tirinya tidak perduli. Dia menyuruh Su Yeon meminta maaf terlebih dahulu baru akan diizinkan keluar dari lemari. Dia tetap dikurung di dalam lemari tanpa ada yang tahu.

Su Mi merasakan ada hal yang aneh dan berlari masuk ke kamar adiknya. Dia melihat kamar Su Yeon berantakan dan adiknya tidak ada disana. Dibukanya pintu lemari dan melihat Su Yeon yang ketakutan didalamnya. Dia memeluknya erat-erat dan mengeluarkannya dari sana. Sementara di halaman, si ayah menguburkan bangkai burung kenari di dalam sangkar. Sekilas dia melihat bayangan istrinya di jendela, tapi dia tidak yakin apakah istrinya itu  mengetahui apa yang sedang dikerjakannya atau tidak.

Ayahnya masuk ke kamar mereka dan memarahi mereka karena sudah berbuat yang aneh-aneh. Su Mi balik memarahi ayahnya yang dianggap tidak perduli kalau ibu tiri mereka sudah menyakiti Su Yeon terus menerus. Ayahnya lalu memarahi Su Mi karena menyebut-nyebut Su Yeon. "Su Yeon sudah meninggal. Kuatkan dirimu. Jangan menyebut-nyebut hal itu lagi." Su Mi terbengong sambil melihat ke arah Su Yeon yang juga kebingungan sambil menjerit-jerit mundur. Malam itu, ayahnya menelepon psikiater Su Mi dan mengatakan kalau kondisi psikis anaknya itu semakin parah. Ternyata Su Mi sedang dalam perawatan dokter jiwa.

Tiba-tiba Su Mi terbangun dari mimpi dan mendapati kalau dirinya sendirian di rumah tua itu dan pintu dalam keadaan terpaku dari dalam. Dia mendengar suara Su Yeon memanggil namanya, dia berlari mencarinya. Su Mi menemukan jejak berdarah di dalam rumah, seakan ada sesuatu yang berdarah telah diseret sepanjang koridor itu dan meninggalkan bekas. Dia menemukan bungkusan besar di selasar, tempat jejak darah itu berakhir. Sambil ketakutan dia menyentuh bungkusan besar dari kain itu dan berusaha membuka ikatannya tapi tidak berhasil. Dia mencari-cari pisau di dapur tapi tidak ada. Ketika dia kembali ke tempat bungkusan itu berada, bungkusan itu sudah hilang, diseret ke tempat lain. Ternyata sudah berada di dalam lemari tempat menyimpan tumpukan sprei.

Tiba-tiba ibu tirinya muncul sambil membawa teko berisi air panas dan hendak menyiramkannya ke arah Su Mi. Su Mi menghindar dan berhasil melukai tangan ibu tirinya dengan gunting. Tapi dia jatuh pingsan setelah kepalanya dipukul dengan keras. Ibu tirinya lalu menyeretnya ke tengah koridor lalu menyeret sebuah patung besar untuk dihantamkan ke kepala Su Mi. Tapi perhatiannya teralih ketika pintu tiba-tiba terbuka dan ayah Su Mi masuk. Dia melihat putrinya tergeletak di lantai, bersimbah darah.

Lalu ayahnya mengambil obat dari lemari dan membawanya ke si ibu tiri, menyuruhnya minum obat agar sembuh. Tiba-tiba masuk seorang wanita muda berpakaian rapi yang berwajah seperti ibu tirinya. Ternyata selama ini Su Mi mengalami halusinasi belaka. Dia tidak pernah bersama Su Yeon atau berjumpa dengan ibu tirinya sama sekali.

Su Mi akhirnya dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Ibu tirinya menemuinya sebentar di kamar, tapi Su Mi mencengkram tangannya sangat keras hingga ia harus melepasnya dengan paksa. Ayah dan ibu tirinya lalu pergi meninggalkan dia disana. Su Mi terduduk sambil meneteskan air mata. Ia terkenang pada masa lalu ketika pertama kali ayahnya membawa si ibu tiri ke rumah mereka dan memperkenalkannya sebagai istri mudanya. Wanita itu adalah seorang perawat yang juga bertugas merawat ibunya di rumah. Ibunya sedang sekarat, penyakitnya tidak bisa disembuhkan dan mampu menolak keinginan ayahnya untuk menikah lagi. Ibunya akhirnya bunuh diri dengan menggantung diri di dalama lemari pakaian di kamar Su Yeon. Lalu tiba-tiba Su Mi tersenyum ketika melihat Su Yeon duduk di sampingnya, di tempat tidur rumah sakit.

Sementara itu, si ibu tiri ditunjukkan sedang termenung sendirian di rumah. Dia mendengar suara langkah kaki yang berlarian di lantai dua yang seharusnya kosong. Dia naik untuk memeriksa dan melihat bayangan di balik gordyn. Ternyata tidak ada apa-apa di baliknya. Tapi pintu tiba-tiba terhempas hingga menutup dan suhu kamar terasa sangat dingin. Pintu lemari terbuka dan dia memeriksanya. Tiba-tiba muncul sebuah bayangan gelap dari tumpukan sprei dan mengarah kepadanya. Dia terduduk sambil merangkak mundur ketakutan. Akhirnya dia tewas dibunuh oleh hantu yang keluar dari lemari itu.

Adegan kembali menujukkan ketika Su Yeon menemukan mayat ibunya yang tewas dengan menggantung diri di dalam lemari pakaian. Su Yeon yang ketakutan menarik-narik mayat ibunya dari dalam lemari tapi lemari tua yang berat itu terjatuh dan menimpanya. Dia tidak bisa melepaskan diri. Ibu tirinya naik untuk melihat apa yang terjadi. Dia menemukan lemari pakaian yang terjatuh dan tangan Su Yeon yang menggapai-gapai. Tapi dia tidak melakukan apapun untuk menolongnya, malah berjalan keluar kamar. Karena dia mengira kalau yang meminta tolong itu adalah si istri tua. Di tengah jalan dia berpapasan dengan Su Mi yang menyuruhnya pergi dari rumah itu. Dengan marah ibu tirinya mengatakan bahwa Su Mi akan menyesali hal itu kemudian hari. Su Mi pergi dari rumah itu tanpa sempat melihat adiknya, Su Yeon tewas karena tertimpa lemari pakaian. Dia baru kembali ke rumah itu lagi, setelah ayahnya mengeluarkannya dari rumah sakit jiwa.

(2003)

No comments:

Post a Comment

Kunjungi juga blog ku yang lain ya:
Mommy Mayonnaise
Mirror On The Wall
~Serendipity

Komentar SPAM dan pengiklan liar pasti akan di-reject!
Maaf, aku tidak menyediakan link download apapun. Mungkin bisa dicari sendiri di google atau di blog film yang menyediakannya :)

Salam

Related Posts with Thumbnails

  © Mirror On The Wall by Simply Fabulous Blogger Templates

Back to TOP